Senin, 30 November 2015

Nikmatnya Toge Salon

Pada suatau hari..... Sepulang kantor, tubuhku menjadi tambah penat sehabis mengerjai Lia tadi. Kuparkir Mercy kesayanganku di sebuah mall yang terletak tak jauh dari kantorku. Kubergegas menuju sebuah salon dengan dekorasi yang didominasi warna merah itu.

“Mau diapain Pak” tanya resepsionis yang cantik.

Kulihat namanya yang terpampang di dada. Anggi, namanya.

“Creambath sama refleksi” jawabku.
“Mari dicuci dulu Pak” Anggi menyilahkanku ke tempat cuci.

Cerita sex | Cerita Dewasa | Cerita Panas - Nikmatnya Menghisep TOGE SalonTak lama pegawai salon yang akan merawat rambutkupun datang. Kuperhatikan dia tampak masih ABG. Dengan tubuh yang kecil dan kulit sawo matang tapi bersih, wajahnya pun tampak manis dan imut. Walaupun tak secantik Lia, tapi wajahnya yang menyiratkan kemudaan dan keluguan itu menarik hatiku. Tapi yang paling menyedot perhatianku adalah buah dadanya yang besar untuk ukuran tubuhnya. Dengan tubuh yang mungil, buah dadanya tampak menonjol sekali dibalik seragamnya yang berwarna hitam itu.

Perawatanpun dimulai. Pijatan Dian, nama gadis itu, mulai memberikan kenikmatan di tubuhku yang lelah. Tetapi tak kuduga setelah aku menyetubuhi Lia tadi, gairahku kembali timbul melihat Dian. Terutama karena buah dadanya yang tampak masih padat dan kenyal itu. Benar-benar sexy sekali dilihatnya, ditambah dengan celana jeansnya yang sedikit di bawah pinggang sesuai mode masa kini, sehingga terkadang perutnya tampak ketika dia memijat bagian atas kepalaku.

Setelah creambath, Dianpun yang memberikan layanan refleksi. Karena tempat dudukku lebih tinggi darinya, kadang ketika dia agak menunduk, aku dapat melihat belahan dadanya dari balik T-shirtnya yang kancingnya sengaja dibuka. Begitu indah pemandangan itu. Semenjak aku menikmati Tari, gadis SMP dulu, belum pernah aku menikmati ABG belasan tahun lagi. Terlebih dulu Tari berdada kecil, sementara aku ingin mencoba ABG berdada besar seperti Dian ini.

Akupun mengajaknya mengobrol. Ternyata dia baru lulus SMA dan berusia 18 tahun lebih sedikit. Mau melanjutkan sekolah tidak ada biaya, dan belum mendapatkan kerja yang sesuai. Dia bekerja di salon tersebut sambil mencari-cari kerja yang lain yang lebih baik.

Singkat kata, aku tawarkan dia untuk melamar di perusahaanku. Tampak dia berseri-seri mendengarnya. Aku sarankan sehabis jam kerjanya kita dapat mengobrol lebih jauh lagi mengenai pekerjaan itu. Diapun setuju untuk menemuiku di food court selepas pulang kerja nanti.
Cerita sex | Cerita Dewasa | Cerita Panas - Nikmatnya Menghisep TOGE SalonJam 8.00 malam, Dian menemuiku yang menunggunya di tempat yang telah disepakati itu. Kupesan makan malam sambil kita berbincang-bincang mengenai prospeknya untuk bekerja di perusahaanku. Kuminta dia mengirimkan surat lamaran serta ijazahnya secepatnya untuk diproses. Kubilang ada lowongan sebagai resepsionis di kantorku. Memang cuma ada Noni resepsionis di kantorku, sehingga aku merasa perlu untuk menambah satu lagi. Setidaknya itulah pikiranku yang sudah diseliputi hawa nafsu melihat kemolekan tubuh muda Dian.

Sambil berbincang, mataku terus mengagumi buah dadanya yang tampak sekal menggiurkan itu. Ingin rasanya cepat-cepat kujilat dan kuhisap sepuas hati. Dian tampak menyadari aku menatap dadanya, dan dia tampak tersipu malu sambil berusaha menutup celah T-shirtnya.

Sehabis makan malam, aku tawarkan untuk mengantarnya pulang. Sambil meneruskan wawancara, alasanku. Dianpun tidak menolak mengingat dia sudah ingin sekali pindah tempat kerja. Terlebih penampilanku membuatnya semakin yakin. Di dalam mobil, dalam perjalanan, kuteruskan perbincanganku mengenai job description seorang resepsionis di kantorku. Sambil berbincang kucoba meraba pahanya yang terbungkus jeans ketat. Sesekali tangannya menolak rabaan tanganku.

“Jangan Pak.. malu” alasannya.

Sementara itu, nafsuku sudah begitu menggelora dan motel jam-jaman langganankupun sudah hampir tampak.

“Dian.. Terus terang saja.. Kamu memenuhi semua persyaratan.. Hanya saja kamu harus bisa melayani aku luar dalam untuk bekerja di perusahaanku.” tegasku sambil kembali mengerayangi pahanya. Kali ini tidak ada penolakkan darinya.
“Tapi Pak.. Dian nggak biasa..”
“Yach kamu mulai sekarang harus membiasakan diri ya..” kataku sambil meremas pahanya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku membelokkan setir Mercyku ke pintu masuk motel langgananku itu.

Mobilku langsung masuk ke dalam garasi yang telah dibuka oleh petugas, dan pintu garasi langsung ditutup begitu mobilku telah berada di dalam. Kuajak Dian turun dan kamipun masuk ke dalam kamar. Kamar motel tersebut lumayan bagus dengan kaca yang menutupi dindingnya. Tak lama, petugas motel datang dan akupun membayar rate untuk 6 jam.

Setelah si petugas pergi, kuajak Dian untuk duduk di ranjang. Dengan ragu-ragu dia patuhi perintahku sambil dengan gugup tangannya meremas-remas sapu tangannya. Kusibakkan rambutnya yang ikal sebahu dengan penuh kasih sayang, dan mulai kuciumi wajah calon resepsionisku ini. Kemudian kuciumi bibirnya yang agak sedikit tebal dan sensual itu. Tampak dia hanya bereaksi sedikit sambil menutup matanya. Hanya nafasnya yang mulai memberat..

Kurebahkan tubuhnya di atas ranjang, dan langsung tanganku dengan gemas merabai dan meremasi buah dadanya yang ranum itu. Aku sangat gemas sekali melihat seorang ABG bisa mempunyai buah dada seseksi ini. Kuangkat T-shirtnya, dan langsung kujilati buah dadanya yang masih tertutup BH ini. Kuciumi belahan dadanya yang membusung. Ahh.. Seksi sekali anak ini. Dia masih tetap menutup matanya sambil terus meremas-remas sapu tangan dan seprei ranjang ketika aku mulai menikmati buah dadanya. Kubuka pengait BHnya yang tampak kekecilan untuk ukuran buah dadanya, dan langsung kuhisap dan kujilati buah dada gadis salon ini.

“Eh.. Eh..” hanya erangan tertahan yang keluar dari mulutnya. Dian tampak menggigit bibirnya sendiri sambil mengerang ketika lidahku menari di atas putingnya yang berwarna coklat. Dengan cepat puting itu mengeras pertanda siempunya sedang terangsang hebat.
Cerita sex | Cerita Dewasa | Cerita Panas - Nikmatnya Menghisep TOGE SalonSegara kulucuti semua pakaianku sehingga aku telanjang bulat. Kemaluanku telah tegak ingin merasakan nikmatnya tubuh gadis muda ini. Akupun duduk di atas dadanya dan kuarahkan kemaluanku ke mulutnya.

“Jangan Pak.. Dian belum pernah..” katanya sambil menutup bibirnya rapat.
“Ya kamu harus mulai belajar donk..” jawabku sambil menyentuhkan kemaluanku, yang panjangnya hampir sama dengan panjang wajahnya itu, ke seluruh permukaan wajahnya.
“Katanya mau jadi pegawai kantoran..” aku mengigatkan.
“Tapi nggak akan muat Pak.. Besar sekali”
“Ya kamu coba aja sedikit demi sedikit. Dimulai dari ujungnya dulu ya sayang..” perintahku lagi.

Dianpun mulai membuka mulutnya. Kusodorkan kemaluanku dan sedikit demi sedikit rasa hangat yang nikmat menjalari kemaluanku itu, ketika Dian mulai menghisapnya. Kuangkat kepalanya sedikit sehingga dia lebih leluasa menghisapi kemaluan calon bosnya ini.

“Ya.. Begitu.. Sekarang coba lebih dalam lagi” kataku sambil mendorong kemaluanku lebih jauh ke dalam mulutnya.

Kemudian kutarik keluar kemaluanku dan kuarahkan mulut gadis ABG ini ke buah zakarku.

“Sekarang kamu jilat dan hisap ini ya.. Sayang”

Dianpun menurut. Dijilatinya dan kemudian dihisapnya buah zakarku satu per satu. Demikian selama beberapa menit aku duduk di atas dada Dian dan mengajarinya memberikan kenikmatan dengan menggunakan mulutnya. Mulutnya tampak penuh sesak ketika ia menghisapi kemaluanku.
Cerita sex | Cerita Dewasa | Cerita Panas - Nikmatnya Menghisep TOGE SalonSetelah puas menikmati hangatnya mulut Dian, aku kembali gemas melihat buah dadanya yang membusung itu. Kembali kunikmati buah dadanya dengan mulutku. Kembali Dian mengerang tertahan sambil mengatupkan bibirnya. Sementara itu, akupun melucuti celana jeansnya dan sekalian celana dalamnya. Tampak vaginanya yang bersih tak berbulu seperti menantang untuk digenjot kemaluanku.

Tanganku meraba-raba vaginanya dan tak lama menemukan klitorisnya. Kuusap-usap klitorisnya itu, sementara mulutku kembali dengan gemas menikmati buah dadanya yang besar menantang. Terdengar dengusan nafas Dian semakin dalam dan cepat. Matanya masih menutup demikian juga dengan bibirnya. Tangannya tampak semakin keras meremas sprei ranjang kamar. Aku sudah ingin menyetubuhi gadis petugas creambath ini. Kurenggangkan pahanya sementara kuarahkan kemaluanku ke liang nikmatnya.

“Pelan-pelan ya Pak..” pintanya sambil membuka mata.

Tak kujawab, tapi mulai kudorong kemaluanku menerobos liang vaginanya. Memang dia sudah tidak perawan lagi, tetapi vaginanya masih sempit menjepit kemaluanku.

“Ahh..” jeritnya ketika kemaluanku telah menerobos vaginanya. Tak kuasa lagi dia untuk menahan jeritan nikmatnya.

Mulai kugenjot vaginanya, sambil kuremas-remas buah dadanya. Makin keras erangan Dian memenuhi ruangan itu.

“Ahh.. Ahh..” erangnya seirama dengan goyanganku.

Buah dadanya bergoyang menggiurkan ketika aku memompa vaginanya. Sesekali kuhentikan goyanganku untuk kembali menghisapi buah dadanya yang besar dengan gemas. Hampir 20 menit terus kupompa gadis manis pegawai salon ini. Tiba-tiba dia mengerang dan mengejang hebat tanda orgasme. Tampak butir keringat mengalir membasahi wajahnya yang manis. Kuseka keringatnya dengan penuh kasih sayang.

Kemudian kunaiki kembali tubuhnya dan kali ini kuletakkan kemaluanku diantara buah dadanya yang kenyal itu. Tanganku merapatkan buah dadanya, sehingga kemaluanku terjepit diantaranya. Nikmat sekali rasanya dijepit buah dada gadis ABG semanis dia. Mulai kugoyangkan badanku maju mundur sehingga buah dadanya yang kenyal menggesek-gesek kemaluanku dengan nikmat. Kadang kulepaskan kemaluanku dari himpitan buah dadanya untuk kemudian kusorongkan ke mulutnya untuk dihisap. Kemudian kembali kujepitkan diantara buah dadanya yang ranum itu.

Kira-kira 15 menit lamanya kemaluanku menikmati kenyalnya buah dada dan hangatnya mulut Dian. Akupun merasa akan orgasme, dan tak lama kusemburkan cairan ejakulasiku di atas buah dada Dian. Dengan kemaluanku, kuoleskan spermaku keseluruh permukaan buah dadanya yang sangat membuatku gemas itu.

“Pak.. Jangan bohong lho janji Bapak..” ujar Dian saat kami telah meluncur kembali di dalam mobilku.
“Oh nggak, sayang.. Cepat saja kamu kirim lamarannya ya” jawabku.

Dianpun tersenyum senang mendengarnya. Terbayang olehnya kerja di kantor yang merupakan cita-citanya. Akupun tersenyum senang membayangkan buah dada Dian yang akan dapat aku nikmati sepuasnya nanti. Kuturunkan Dian dipinggir jalan sambil kuberi uang untuk ongkos taksi.

“Terimakasih ya Pak Robert” katanya ketika dia turun dari mobilku.
“Sama-sama Dian” jawabku sambil melambaikan tangan.
Cerita sex | Cerita Dewasa | Cerita Panas - Nikmatnya Menghisep TOGE SalonKukebut mobilku menuju jalan tol. Hari telah larut malam. Jalanan telah menjadi lenggang. Ingin rasanya cepat sampai di apartemanku setelah hari yang melelahkan ini. Tiba-tiba aku sadar kalau aku belum mentest secara seksama kemampuan Dian untuk menjadi resepsionis. Interpersonal skill, bahasa Inggris, telephone manner, dan lain-lain. Rupanya aku hanya terbuai oleh buah dadanya yang nikmat itu. Biarlah nanti bagian HRD yang mentestnya, pikirku. Kalau lulus ya diterima, kalau nggak ya nggak apa-apa. Toh aku sudah puas menikmati buah dadanya he.. He..

Kubuka jendela untuk membayar tol. Setelah membayar, langsung aku tancap gas melintasi kota Jakarta di waktu malam. Lagu “Breakin’ Away”nya Al Jarreau mengisi sepinya suasana dalam mobilku.

Kumpulan foto cewek cantik, foto cewek bugil, gambar cewek ABG, cewek imut, cewek sekolah, dan foto cewek sexy  semua ada disini. Yang suka cerita panas, cerita seks, cerita mesum juga ada. Semua bacolan lengkap tersaji disini. bacolable.blogspot.com
Read more

Gairah Sunyi

Aku lahir dari keluarga yang sederhana, di sebuah desa yang masih dipenuhi persawahaan dan semak belukar. Aku anak pertama dari dua bersaudara, selisih usiaku dengan adikku kurang lebih sekitar tiga tahun. Kami tak punya rumah sendiri, sehari-hari kami hanya tinggal di gubuk kecil milik tetangga. Tapi saat ayah pergi ke kota besar untuk mencoba merubah nasib sebagai pedagang nasi goreng, kami dititipkan di rumah nenek yang ada di kampung sebelah. Saat itu aku kelas tiga SD.

Sehari-hari, aku biasanya membantu kakek. Kakek mempunyai ladang yang meski tak begitu besar, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. Ladang itu sebagian dia jadikan tempat memelihara ikan, dan sebagian lagi ia jadikan tempat bercocok tanam segala macam jenis sayuran, mulai dari kol, sawi, bawang merah, kacang panjang, tomat, bahkan cabe. Kampung kami memang sangat sepi, saat itu belum ada listrik.

Di pertengahan kelas lima SD, nenek meninggal. Hal itu sempat membuat keluarga kami shock, khususnya kakek, dia tak menyangka akan ditinggal oleh nenek secara mendadak. Kakek sempat murung dan berubah jadi pendiam selama beberapa bulan. Aku sempat sedih juga karena kehilangan tempat main dan panutan kalau lagi ada masalah di sekolah. Ibu yang merasa iba pada kakek akhirnya berusaha menjodohkan kakek dengan seorang perempuan, sebut saja mbak Darsih, seorang wanita parobaya yang masih kelihatan cantik di usianya yang sudah lewat 30 tahun.

Perkenalan ibu dengan mbak Darsih terjadi saat wanita itu ingin membeli ikan milik kakek untuk acara hajatan ultah putra sulungnya. Mengetahui kalau mbak Darsih adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya -sama dengan kakek yang ditinggal mati oleh nenek- ibu berusaha menjodohkan mereka. Dan di luar dugaan, mbak Darsih menerimanya, padahal selisih usia mereka sekitar 30 tahun. Mungkin karena melihat kakek yang masih kelihatan gagah di usianya yang sudah lanjut, mbak Darsih jadi kesengsem. Kakek memang masih kelihatan berotot dan awet muda meski kulitnya agak sedikit gelap, itu akibat kebiasaannya bekerja keras di ladang setiap hari.

Begitulah, sekitar tujuh bulan setelah ditinggal oleh nenek, kakek menikah lagi. Mbak Darsih yang dulunya tinggal di desa sebelah, setelah menikah dengan kakek, sepakat untuk tinggal bersama kami. Dia membawa serta dua orang anaknya yang masih kecil-kecil. Mbak Darsih ternyata orangnya baik, diapun secara ekonomi sangat mapan, jauh dibanding kakek, hingga tak jarang akhirnya sering membantu keuangan keluarga kami, khususnya ibuku yang memang tak tentu mendapat kiriman dari ayah. Mbak Darsih mempunyai beberapa rumah peninggalan almarhum suaminya yang dia kontrakkan.

Sebagai rasa terima kasih, aku berusaha tidak menolak jika disuruh apapun olehnya, karena kadang mbak Darsih juga memberiku upah, meski kadang aku harus pergi melintasi kampung lain untuk berbelanja memenuhi permintaannya.

Sifat lain dari mbak Darsih yang aku suka, dia bukan tipe orang yang malas. Tak jarang dia mencucikan pakaian milikku saat ibuku terlalu sibuk bekerja. Saat dia mencuci, aku sering kali membantunya menimba air, hal yang memang sudah rutin aku lakukan kalau mencuci bersama ibuku. Hal itu makin membuat mbak Darsih sayang kepadaku. Aku yang kadang suka diledek oleh teman-temanku -bahkan saudara-saudaraku- sebagai anak yang sedikit bodoh dan polos, tapi di mata mbak Darsih, aku adalah anak yang baik. Tapi ada satu kebiasaanku yang sering membuat ibuku marah; jika sudah tidur, aku akan sulit sekali dibangunkan. Apalagi kalau baru saja terpejam, mungkin butuh satu ember air, baru aku bisa bangun.

Sampai akhirnya, saat aku di akhir kelas enam SD, ayah meminta ibu untuk pindah mengikutinya. Kata ayah, usahanya sudah lumayan rame, daripada membayar orang untuk membantu, mending mengajak ibu saja. Alasan lainnya, karena ayah tak kuat kalau harus terus jauh dari ibu. Saat itu aku masih belum mengerti apa maksudnya. Ibu yang tampaknya juga merindukan ayah, akhirnya setuju.

Rencana awalnya, aku dan adikku akan dibawa. Tapi kakek melarang, katanya: mending kami ditinggal dulu, karena ayah belum benar-benar mapan, sayang kalau buang-buang uang untuk biaya kami pindah sekolah. Saat itu, aku memang sudah mendaftar ke SMP di kotaku. Adikku saat itu masih kelas lima SD. Alasan kakek cukup masuk akal. Tapi adik perempuanku yang memang sangat dekat dengan ibu, tidak mau ditinggal, dia ngotot untuk ikut dengan ibu pergi ke kota menemani ayah. Akhirnya, setelah berembug cukup lama, kakek memutuskan; adikku boleh ikut ibu, sedangkan aku akan tetap di kampung bersama kakek. Aku sendiri tidak keberatan karena selama ini aku memang dekat dengan kakek. Jadilah aku berpisah dengan ibu dan adikku.

Kepindahan ibu tidak membuatku merasa kehilangan karena kadang tiap bulan ibu pulang. Selain untuk menengokku, ibu juga memberi uang sekedarnya untuk kakek. Selama kepergian ibu, mbak Darsih lah yang ganti menjagaku. Dia sudah menganggapku seperti anaknya sendiri. Kalau dulu aku sering tidur di bale-bale, sekarang aku lebih leluasa tidur di kamar. Mbak Darsih memberiku kamar belakang yang dulu ditempati oleh ibu. Sedangkan kakek dan mbak Darsih tetap di kamar depan, bersama anak-anaknya yang masih kecil. Kamar di rumah kakek memang hanya dua, berhadap-hadapan, walau kamar kakek sedikit lebih besar.

Akhirnya, aku lalui hari-hari bersama kakek dan mbak Darsih dengan penuh suka cita. Seringnya di rumah berdua membuatku dekat dengan mbak Darsih, dia pun jadi tahu dengan salah satu kebiasaan burukku.

”Kenapa sih kamu kalau dibangunin susah sekali? Semalam mau mbak suruh pindah ke kamar karena udara dingin banget, takut kamu sakit.” kata mbak Darsih pada suatu hari, saat dia kesulitan membangunkanku.

“Yah, dia mana bisa dibangunin! Ada bom meledak juga tetap ngorok,” sahut kakek sebelum aku sempat menjawab.

Aku cuma tertawa menanggapinya.

Tak terasa, sudah satu tahun kami hidup bertiga. Kini aku sudah naik ke kelas 2 SMP. Saat itulah, untuk pertama kalinya aku mengalami mimpi basah, itu sebenarnya membuatku sangat heran dan bingung. Ingin bertanya, tapi tak tahu kepada siapa. Seiring dengan itu, suaraku juga mulai berubah, membuat aku malas bermain dengan teman-teman lain. Ditambah bulu-bulu halus di bawah hidungku yang juga mulai tampak, aku makin menjadi bahan ledekan teman-temanku. Aku yang awalnya anak yang jarang suka bermain, sekarang jadi makin malas keluar. Paling hanya ke sawah tak jauh dari rumahku, itupun kalau pas musim layangan saja. Selebihnya, aku lebih suka melihat kakek berkebun atau memberi makan ikan.

Biasanya, setelah adzan maghrib berkumandang, kampung kami menjadi sepi. Kegelapan terlihat dimana-mana, hanya lampu-lampu minyak yang menyala, atau kadang juga petromak yang menjadi penerang bagi warga kampung yang letak rumahnyapun tak begitu berdekatan. Hanya masjid yang biasanya ramai hingga sekitar jam tujuh malam. Setelah itu, desa kami benar-benar sepi dan kebanyakan penghuninya langsung terlelap dalam mimpi.

Di pertengahan kelas dua, kulihat kakek suka mulai merasa kelelahan, mungkin karena usianya yang makin merambat senja. Aku memang kadang suka diminta kakek, atau bahkan mbak Darsih, untuk memijat mereka. Tapi di saat itu, hampir seminggu sekali kakek menyuruhku melakukannya. Aku pun kadang meminta pertolongan mbak Darsih, terutama jika aku ingin dikerok. Mbak Darsih memang kadang melakukan itu jika aku masuk angin.

Pagi itu, kulihat kakek tidak ke ladang. “Sakit lagi ya, mbak?” tanyaku.

”Ah, biasa. Memang harus istirahat dulu. Seminggu lalu baru kuras kolam, eh kemarin malah tanam tomat.” katanya. Kulihat mbak Darsih menatapku penuh arti, saat itu aku sedang menimba air hanya dengan bercelana dalam saja. Aku tak merasa aneh karena aku sudah sering melakukan itu. Dan selama ini tidak pernah ada masalah.

Hingga suatu hari, secara tak sengaja, handuk yang kupakai untuk melilit tubuhku jatuh saat aku sedang asyik menimba, padahal saat itu aku sedang tidak memakai celana dalam, hingga terlihatlah burung mudaku di depan mata mbak Darsih. Dia tertawa cekikikan saat melihatnya, ”Cepetan ditutup, nanti burungnya kabur lho!” dia berkata sambil melengos ke samping, kulihat mukanya jadi agak pucat dan memerah.

Aku yang tak merasa risih sama sekali, hanya bersikap biasa saja. ”Iya, mbak.” kuraih handukku dan kusampirkan lagi ke pinggangku. Kuteruskan lagi menimba air. Di pikiranku; karena saat SD dulu mbak Darsih sering memandikanku jika ibu lagi repot, tentunya dia sudah sering melihat tubuh telanjangku, jadi buat apa malu. Aku tak pernah menyangka, kalau peristiwa sore itu ternyata begitu berkesan bagi mbak Darsih.

Sampai kemudian, saat itu aku baru saja menyelesaikan ujian akhir kelas dua SMP, usiaku mungkin sekitar 14 tahun. Hari itu, kakek lagi pergi ke kota untuk membeli benih. Jam tujuh malam, saat mbak Darsih masih asyik mendengarkan radio, aku sudah terlelap. Tidak seperti biasa, malam itu aku bermimpi. Mimpi yang sangat aku nantikan. Mimpi basah. Tapi entah, malam itu mimpiku terasa begitu nyata. Aku merasa kontolku memasuki lubang yang sangat hangat. Enaaak sekali! hingga tak lama kemudian, aku pun mengejang. Saat itu aku merasa ada orang duduk diatas pangkuanku, tapi dasar aku kalau tidur lelap sekali, aku tidak bisa mengetahui itu beneran atau cuma mimpi.

Paginya, aku langsung memeriksa celanaku. Heran, tak ada kerak kering bekas air maniku, hal yang biasanya aku temukan jika habis bermimpi basah. Yang membuatku makin bingung, mimpiku sepertinya terasa sangat nyata. Nikmatnya berkali-kali lipat daripada biasanya. Aku ingin mengulanginya lagi. 

Dan keberuntungan membuatku merasakannya tak lama kemudian. Tepatnya kurang dari dua minggu sejak mimpiku yang pertama. Tapi kali ini aku agak sedikit sadar karena aku memang belum benar-benar terlelap. Kembali kurasakan seperti ada orang duduk di atas pinggangku, tapi penyakit lelapku membuatku tak bisa membuka mata. Aku hanya bisa menikmati rasa nikmat yang menjalar cepat di batang kontolku, rasa hangat dan geli seperti dipijit-pijit oleh benda yang sangat lembek dan empuk, membuatku meringis dan merintih dalam tidur. Cukup lama aku menikmatinya, sampai akhirnya aku mengejang tak lama kemudian. Sebenarnya aku tak ingin rasa itu cepat berakhir, tapi mau bagaimana lagi, kutahan sekuat apapun, aku tetap tidak bisa mencegah rasa nikmatnya. Terpaksa kubiarkan spermaku menyembur keluar sebelum aku kembali terlelap beberapa detik kemudian.

Hal itu terus berlangsung selama beberapa minggu berikutnya. Meski cukup menggangu pikiranku, tapi jujur, aku sangat menikmatinya. Mimpi itu terasa nyata sekali, seperti aku benar-benar melakukannya. Sampai akhirnya, kembali kakek harus pergi ke kota untuk membeli bibit. “Besok senin, pagi-pagi aku sudah pulang.” katanya kepada mbak Darsih. Dia lalu menoleh kepadaku. “Kamu istirahat aja, besok kan sekolah.” katanya. Ya, saat itu badanku memang sedikit kurang enak. Sepertinya masuk angin.

Kakek menyuruh mbak Darsih untuk mengerokiku, tapi aku tidak mau. ”Bentar juga enakan sendiri.” kataku.

Tapi sorenya, saat aku masih meringkuk di kamar dengan badan lemas, mbak Darsih menghampiriku. “Sini, kukerok aja. Kamu juga nggak usah mandi dulu, takut nanti tambah parah.” katanya.

Aku hanya diam dan tetap berbaring tengkurap. Mbak Darsih kemudian mengangkat kaosku. Sambil mengurut punggungku dengan uang koin, dia berkata. “Kamu tuh udah gede, kalau mandi tutup pintunya, jangan seenaknya gitu, apa nggak malu?” tanyanya.

“Malu sama siapa, mbak? Kan nggak ada orang, paling cuma kakek.” kataku.

“Iya, tapi kali aja ada tetangga yang datang.” kata mbak Darsih. ”Ah, nggak merah. Kamu mungkin telat makan aja, jadinya kembung. Makanya jangan telat makan.” dia menasehati dan akhirnya memijat punggungku.

Setelah punggung selesai, ia kemudian menyuruhku berbalik. ”Biar kupijat dada sama perutmu.” katanya.

Kubalikkan badan. Aku mulai merasa geli saat mbak Darsih perlahan mengurut perutku. Tanpa sadar, kontolku mulai bergerak menegang.

”Kamu tuh yang bener kalau pake celana. Celana rusak masih aja di pake.” katanya. Aku saat itu memang memakai celana bekas SD-ku dulu yang bagian resletingnya sudah rusak, hingga menampakkan sedikit kulit batang penisku.

Saat mbak Darsih memijat bagian bawah perutku, kontolku makin tak karuan tegangnya, mbak Darsih hanya tersenyum saat melihatnya. ”Ih, tuh kan, saking sempitnya sampe nonjol gitu.” katanya dengan halus. ”Kayaknya sesak banget ya?” tanya mbak Darsih.

Aku kira dia membicarakan celanaku, jadi aku menyahut enteng saja. ”Iya, mbak.” jawabku.

”Dibuang saja,” kata mbak Darsih.

”Dibuang gimana, mbak?” kataku tak mengerti.

Tidak menjawab, perlahan mbak Darsih memijat pangkal pahaku. Dan entah sengaja atau tidak, dia berkali-kali menyenggol bagian selangkanganku. ”Ih, bener. Sesak banget! Kayaknya pengen dikeluarin tuh.” katanya.

”Dikeluarin?” aku semakin tak mengerti.

”Bener-bener harus dibuang, hehe.” sahut mbak Darsih sambil terkikik.

“Terserah ah, gimana enaknya mbak aja.” jawabku pada akhirnya. Pasrah, percaya sepenuhnya kepadanya.

“Iya, tapi kamu jangan bilang-bilang kakek ya?” bisiknya.

“Iya, mbak, masa mau bilang kakek,” kataku mengangguk, masih berfikir dan tak mengerti apa yang ia maksudkan.

”Ehm... sekarang, tutup muka kamu dengan bantal.” kata mbak Darsih kemudian.

Aku menurut, walau sedikit heran. Masa lepas celana aja harus pakai tutup muka segala? Tapi aku tetap melakukannya. “Gini ya, mbak?” kutindihkan bantal ke mukaku hingga aku tidak bisa melihat apa-apa.

”Aku buang semuanya ya?” kata mbak Darsih.

Aku masih tak mengerti, tapi aku tetap menjawab, ”Terserah, mbak.”

Akhirnya kurasakan celanaku ditarik ke bawah. Dan tidak cuma celana pendek, kurasakan celana dalamku pun ikut ia tarik hingga terlepas semuanya. Sungguh, aku merasa kikuk, malu, dan agak risih telanjang di depan mbak Darsih. ”Mungkin mbak mau mengganti semuanya karena aku nggak mandi,” bisikku dalam hati untuk menenangkan pikiranku yang mulai bergejolak. Di bawah, kontolku yang sudah menegang kini makin mengacung tegak ke atas saat tangan mbak Darsih mulai merabanya, memperlihatkan segala kejantanan dan kekuatannya.

”Ih, keras amat” katanya sambil mulai mengocok pelan. Rasa geli dan nikmat langsung kurasakan, aku tidak sanggup untuk menolak. Apalagi saat tak lama kemudian, kurasakan tubuh montok milik mbak Darsih mulai mengangkangiku, membuatku makin terbuai dan terpesona. Batang kontolku kini tepat menempel ke belahan vaginanya. Bahkan sesaat kemudian, kurasakan ujung kontolku perlahan menembus, memasuki belahan dagingnya yang sangat hangat, yang mengingatkanku akan nikmat mimpi basahku beberapa minggu terakhir. Sungguh, seperti ini rasanya, sangat mirip sekali!!

”Kamu diam saja, jangan dibuka bantalnya!” mbak Darsih berkata sambil terus menekan pinggulnya ke bawah. Dinding vaginanya yang lembek dan lengket semakin menggerogoti batang kontolku. Ya Tuhan, apa mbak Darsih sedang menyetubuhiku? Tanyaku dalam hati, namun tidak bisa menolak. Begitu nikmat rasa ini hingga aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa diam dan menikmati apapun yang ia berikan.

Di sela-sela kebingunganku, perlahan tapi pasti, kontolku semakin masuk ke dalam, menghunjam dan menembus memek mulus mbak Darsih, bahkan kini sudah mentok di mulut rahimnya. Kontolku kini sudah menancap sepenuhnya, mengisi rongga memek mbak Darsih yang kurasa sangat sempit dan legit. Aku hanya bisa menutup mata dan menyembunyikan mukaku di balik bantal saat perlahan mbak Darsih mulai menggerakkan badannya naik turun. Goyangannya itu membuat alat kelamin kami yang saling bertaut erat mulai bergesekan pelan. Rasanya sungguh nikmat sekali. Kudengar nafas mbak Darsih semakin berat dan tak teratur, membuatku semakin tak kuasa menahan gejolak. Akhirnya akupun mengejang. Perlahan cairan hangat keluar dari kontolku, menyemprot deras di liang memek mbak Darsih, yang dibalas olehnya dengan denyutan nikmat dinding-dinding rahimnya.

Setelah muncrat semuanya, barulah mbak Darsih melepaskan himpitannya dan merapikan kembali celanaku. Kontolku yang basah oleh cairan kental, ia lap dengan menggunakan kain lembut. Kutebak itu adalah celana dalamnya. “Udah, boleh dibuka sekarang.” kata mbak Darsih kemudian. ”Sudah nggak sesak lagi kan?” tanyanya sambil tersenyum.

Aku hanya diam, tidak tahu harus berkata apa. Persetubuhan pertamaku dengan mbak Darsih membuatku kehilangan kata-kata. Tapi, benarkah ini yang pertama? Setelah merapikan kembali pakaiannya, kuperhatikan mbak Darsih yang melangkah pergi meninggalkan kamarku.

Keesokan harinya, kakek masih belum kembali. Di sekolah, aku jadi sering melamun, membayangkan apa yang telah aku dan mbak Darsih lakukan kemarin. Aku tahu bahwa itu terlarang dan tidak boleh, tapi entahlah, aku menyukainya. Dan aku tidak ingin berhenti, aku ingin mengulanginya lagi kalau ada kesempatan. Sepertinya aku telah ketagihan dan merindukan memek mbak Darsih. Aku telah dewasa sebelum waktunya.

Pulang sekolah, meski lagi konak berat, aku cuma tiduran di kamar. Aku tidak berani mendekati mbak Darsih yang sedang asyik nonton teve di ruang tengah. Aku sedang mengusap-usap batang kontolku yang sudah tegang saat dia menyapaku dari pintu kamar.

“Kamu sakit?” tanya mbak Darsih yang tahu-tahu sudah berada disana.

”Nggak, mbak.” kataku salah tingkah karena sudah dipergoki seperti itu.

”Kok di kamar aja,” kata mbak Darsih sambil tersenyum.

Aku hanya diam, tak tahu harus memberikan jawaban apa.

”Apa sesak lagi?” dia bertanya lagi, matanya menatap penuh pengertian.

”Ah, nggak juga, mbak.” kilahku untuk menutupi rasa malu, untungnya saat itu aku juga mengenakan celana longgar yang sedikit banyak bisa menyembunyikan tonjolan penisku.

“Ya udah, sini perutnya mbak minyakin biar nggak masuk angin lagi.” katanya, dan tanpa disuruh, dia pun meminyaki perutku, lalu memijatnya perlahan. Hal itu kembali membuat kontolku terbangun.

”Ih, dari luar memang nggak kelihatan, tapi dalamnya kelihatan sesak tuh,” mbak Darsih menunjuk daerah kontolku yang perlahan-lahan berubah menjadi semakin munjung.

“Ehm, iya kali, mbak.” kataku pasrah karena aku memang tidak bisa menutupinya lagi.

”Tegang ya?” bisik mbak Darsih sedikit genit.

”Iya, kenapa ya, mbok?” kataku polos.

“Nggak apa-apa, normal.” katanya sambil dengan tangan mulai mengusap-usap perlahan. Aku mulai merasa nikmat di batang kontolku akibat belaiannya. ”Mau dibuang?” tawarnya.

”Jangan, mbak, sayang.” kataku bodoh.

”Nggak apa, nanti juga ada gantinya.” ia tersenyum.

Aku terdiam, berusaha mencerna ucapannya. “Ehm, terserah mbak aja deh.” kataku pada akhirnya.

Kembali mbak Darsih menutup mukaku dengan bantal. Dan perlahan, kembali kurasakan nikmat menjalari batang kontolku saat dia menduduki dan menjepit batang kontolku di belahan lubang vaginanya.

“Mbak, kalau kakek pulang bagaimana?” tanyaku sambil merintih keenakan menikmati genjotannya.

”Tenang saja, nanti juga gedor pintu.” jawab mbak Darsih. Kurasakan goyangannya menjadi semakin cepat sekarang.

”Mbak, maksud mbak sesek itu apa?” tanyaku dengan tangan berpegangan erat pada sprei, berusaha menahan desakan nikmat dari batang penisku agar tidak cepat memancar keluar.

”Ah, kamu pura-pura nggak tahu ya?” kata mbak Darsih.

”Beneran, mbak.” sahutku masih dengan muka tertutup bantal. Tidak bisa kuketahui bagaimana raut muka mbak Darsih sekarang, tepai dari erangan dan rintihannya, sepertinya dia merasa nikmat sekali, sama seperti yang aku rasakan sekarang.

”Maksud mbak, ininya kamu sudah penuh.” katanya sambil meraba biji pelirku.

“Oh, kirain celanaku yang sesek.” kataku baru mengerti. Saat itulah mbak Darsih tersadar, ternyata kami telah salah paham. Dia langsung menghentikan gerakannya diatas kontolku. ”Mbak, kenapa?” tanyaku bingung, tak ingin kenikmatan ini terputus di tengah jalan.

”Aduh, gimana dong?” kata mbak Darsih sedikit panik. ”Maaf ya, kukira kamu mengerti...” dia sudah akan mencabut vaginanya, tapi segera kutahan pinggulnya.

“Nggak apa-apa, mbak. Aku nggak akan cerita sama kakek.” kataku menenangkan.

Mbak Darsih terdiam, seperti masih berusaha mencerna kata-kataku. ”Beneran ya?” ia bertanya memastikan.

”Iya, mbak. Asal mbak mau beginian terus sama aku.” kataku dari balik bantal. Selama dia tidak menyuruh, aku akan tetap bersembunyi.

“Baiklah, mbak juga sudah tanggung. Mbak pinjam sebentar inimu ya?” katanya sambil memegangi penisku yang kini cuma kepalanya saja yang masih menancap.

”Iya, mbak.” sahutku dengan senang hati.

Akhirnya mbak Darsih pun melanjutkan gerakan naik turunnya di atas batang kontolku, hingga tak lama kemudian, aku kembali memuntahkan cairan kental ke dalam memeknya.

”Terima kasih ya,” dia mencium pipiku dan kembali merapikan pakiannya.

”Sama-sama, mbak.” Aku yang kelelahan, dengan tetap telanjang, terlelap tak lama kemudian.

Sejak itu, sesekali, jika mbak Darsih lagi pingin, dia suka berbisik; ”Boleh pinjam nggak?” Atau jika aku yang pingin, aku terkadang berkata, ”Mbak, kayaknya sesek.” itulah kode yang kami sepakati.

Begitulah, hubungan terlarang kami terus terjalan. Bahkan kami seakan tak peduli tempat dan waktu, jika hasrat kami sudah tak terbendung, kami selalu berusaha menuntaskannya, kapanpun dan dimanapun. Bahkan pernah, di malam hari, mbak Darsih masuk ke kamarku dan naik ke atas tubuhku, padahal saat itu kakek lagi ada di rumah. Nekat sekali dia, tapi aku juga tidak bisa menolak karena aku tahu kalau kakek sudah terlelap.

Yang lebih gila, pernah kusetubuhi mbak Darsih di gubuk tengah ladang saat ia tengah mengantarkan makanan buat kakek. Sementara kakek mencangkul untuk membuat bedengan, kutindih istrinya yang masih nikmat dan cantik itu hanya dengan beralaskan tikar lusuh. Kakek sama sekali tidak curiga karena matanya memang sudah sangat rabun, ia tidak bisa melihat jelas ke gubuk dimana kami berada.

Sering juga saat kakek nonton teve di ruang tengah, kuseret mbak Darsih ke dapur. Hanya dengan bertumpu pada meja, kutusuk tubuh sintalnya dari belakang. Mbak Darsih berusaha menutupi mulutnya dengan tangan agar rintihan dan teriakannya tidak sampai terdengar oleh kakek. Tapi aku yakin itu tidak akan terjadi karena kakek juga sedikit tuli. 

Tapi selama kami bercinta dan bersetubuh, aku dan mbak Darsih tidak pernah melakukan kontak lain selain pertautan alat kelamin kami. Aku tak pernah mencium bibirnya, juga meraba tubuh sintalnya. Paling banter aku cuma sedikit memeluknya kalau sudah konak banget. Jika lagi pingin, aku biasanya langsung menusukkan kontolku ke memek mbak Darsih tanpa melakukan foreplay atau pemanasan terlebih dahulu. Gairah kami yang meluap-luap sudah cukup untuk membuat memek mbak Darsih jadi basah dan lengket.

Jika mbak Darsih yang pingin, biasanya dia meremas-remas dulu batang penisku, baru memasukkannya ke dalam lubang kenikmatannya. Sesekali aku memang kadang meremas payudara montok milik mbak Darsih disela-sela genjotan kontolku, tapi tak pernah lebih dari itu. Bahkan melihat bagaimana warna dan bentuknya saja, aku juga tidak pernah. Bagiku yang penting kontolku bertemu dengan memeknya, itu sudah lebih dari cukup.

Sungguh, walau diperlakukan begitu, aku tetap puas. Begitu juga dengan mbak Darsih. Jika aku datang, menusukkan kontolku, dan pergi meninggalkannya jika sudah usai, baginya itu sudah merupakan hal yang paling nikmat. Rupanya setelah hampir setahun tak pernah merasakan kepuasan dari kakek, ia jadi gampangan seperti itu. Tapi untungnya ada aku yang siap memuaskannya sewaktu-waktu, hingga disela-sela kesepiannya, dan kesepian di kampungku, mbak Darsih tetap bisa meraih kenikmatan ragawi dan berpacu di malam-malam gelap dan sunyi bersamaku.

Kumpulan foto cewek cantik, foto cewek bugil, gambar cewek ABG, cewek imut, cewek sekolah, dan foto cewek sexy  semua ada disini. Yang suka cerita panas, cerita seks, cerita mesum juga ada. Semua bacolan lengkap tersaji disini. bacolable.blogspot.com
Read more

Elvina

Kisah ini bermula setahun yang lalu ketika temanku
( Dedy ) mengajakku menemaninya transaski dengan temannya
( Gunawan ). Saya jelaskan saja perihal kedua orang itu
sebelumnya. Dedy adalah teman kuliahku dan dia seorang yang
rajin dan ulet termasuk dalam hal berbisnis walaupun dia masih
kuliah. Gunawan adalah teman kenalannya yang juga seorang
anak mantan pejabat tinggi yang kaya raya ( saya tidak tahu
apakah kekayaan orang tuanya halal atau hasil korupsi ! ).
Setahun yang lalu Gunawan menawarkan beberapa koleksi
lukisan dan patung ( Gunawan sudah mengetahui perihal bisnis
Dedy sebelumnya ) milik orang tuanya kepada Dedy, koleksi
lukisan dan patung tersebut berusia tua. Dedy tertarik tapi dia
membutuhkan kendaraan saya karena kendaraannya sedang
dipakai untuk mengangkut lemari ke Bintaro, oleh karena itu
Dedy mengajak saya ikut dan saya pun setuju saja. Perlu saya
jelaskan sebelumnya, Gunawan menjual koleksi lukisan dan
patung tersebut, oleh Dedy diperkirakan karena Gunawan
seorang pecandu putaw dan membutuhkan uang tambahan.
Keesokan harinya ( hari Minggu ), saya dan Dedy berangkat
menuju rumah Gunawan di kawasan Depok. Setelah sampai di
depan pintu gerbang 2 orang satpam berjalan ke arah kami
dan menanyakan maksud kedatangan kami. Setelah kami
jelaskan, mereka mengijinkan kami masuk dan mereka
menghubungi Gunawan melalui telepon. Saya memarkir
kendaraan saya dan saya mengagumi halaman dan rumah
Gunawan yang amat luas dan indah, “ Betapa kayanya orang
tua Gunawan” bisik dalam hatiku. Kami harus menunggu
sebentar karena Gunawan sedang makan.
Sambil menunggu, kami berbicara dengan satpam. Dalam
pembicaraan itu, seorang satpam menceritakan kalau
Gunawan itu seorang playboy dan suka membawa wanita
malam-malam ke rumahnya ketika orang tuanya sedang pergi.
Setelah menunggu selang 10 menit, akhirnya Gunawan datang
( saya yang baru pertama kali melihatnya harus mengakui
bahwa Gunawan memiliki wajah yang amat rupawan, walau
saya pun seorang lelaki dan bukan seorang homo! ). Dedy
memperkenalkan saya dengan Gunawan. Setelah itu Gunawan
mengajak Dedy masuk ke rumah untuk melihat patung dan
lukisan yang akan dijualnya.
Saya bingung apakah saya harus mengikuti mereka atau tetap
duduk di pos satpam. Setelah mereka berjalan sekitar 15
meter dari saya, seorang satpam mengatakan sebaiknya kamu
( saya ) ikut mereka saja daripada bosan menunggu di sini
( pos satpam ). Saya pun berjalan menuju rumahnya. Ketika
saya masuk , saya tidak melihat mereka lagi. Saya hanya
melihat sebuah ruangan yang luas sekali dengan sebuah tangga
dan beberapa pintu ruangan. Saya bingung apakah saya
sebaiknya naik ke tangga atau mengitari ruangan tersebut
( sebenarnya bisa saja saya teriak memanggil nama Dedy atau
Gunawan tapi tindakan itu sangat tidak sopan ! ).
Akhirnya saya memutuskan untuk mengitari ruangan tersebut
dengan harapan dapat menemui mereka. Setelah saya
mengitari, saya tetap tidak dapat menemukan mereka. Tapi
saya melihat sebuah pintu kamar yang pintunya sedikit
terbuka. Saya mengira mungkin saja mereka berada di dalam
kamar tersebut. Lalu saya membuka sedikit demi sedikit pintu
itu dan betapa terkejutnya saya ketika saya melihat seorang
anak perempuan sedang tertidur dengan daster yang tipis
dan hanya menutupi bagian atas dan bagian selangkangannya,
saya bingung harus bagaimana !
Dasar otak saya yang sudah kotor melihat pemandangan
paha yang indah, akhirnya saya masuk ke dalam kamar
tersebut dan menutup pintu itu. Saya melihat sekeliling kamar
itu, kamar yang luas dan indah, beberapa helai pakaian SLTP
berserakan di tempat tidur, dan foto anak tersebut dengan
Gunawan dan seorang lelaki tua dan wanita tua ( mungkin
foto orang tuanya ). Anak perempuan yang sangat cantik,
manis dan kuning langsat ! lalu saya melangkah lebih dekat lagi,
saya melihat beberapa buku pelajaran sekolah dan tulisan
namanya : Elvina kelas 1 C. Masih kelas 1 ! berarti usianya baru
antara 11-12 tahun. Lalu saya memfokuskan penglihatan
saya ke arah pahanya yang kuning langsat dan indah itu !. Ingin
rasanya menjamah paha tersebut tapi saya ragu dan takut.
Saya menaikkan pandangan saya ke arah dadanya dan
melihat cetakan pentil susu di helai dasternya itu. Dadanya
masih kecil dan ranum dan saya tahu dia pasti tidak memakai
pakaian dalam ( BH atau kutang ) di balik dasternya itu !.
Wajahnya sangat imut, cantik dan manis ! Akhirnya saya
memberanikan diri meraba pahanya dan mengelusnya,
astaga….mulus sekali ! Lalu saya menaikkan sedikit lagi
dasternya dan terlihatlah sebuah celana dalam ( CD ) warna
putih. Saya meraba CD anak itu dan menarik sedikit karet
CDnya , lalu saya mengintip ke dalam,…. Astaga ! tidak ada
bulunya ! Jantung saya berdetak kencang sekali dan keringat
dingin mengalir deras dari tubuh saya. Lalu saya mencium
Cdnya, tidak ada bau yang tercium. Lalu saya menarik sedikit
lagi dasternya ke atas dan terlihatlah perut dan pinggul yang
ramping padat dan mulus sekali tanpa ada kotoran di
pusarnya ! Luar biasa !
Otak porno saya pun sangat kreatif juga, saya memberanikan
diri untuk menarik perlahan-lahan tali dasternya itu, sedikit-
seditkit terlihatlah sebagian dadanya yang mulus dan putih !
ingin rasanya langsung memenggangnya, tapi saya bersabar,
lalu saya menarik lagi tali dasternya ke bawah dan akhirnya
terlihatlah pentil Elvina yang bewarna kuning kecoklatan !
Jantung saya kali ini terasa berhenti ! Sayapun merasa tubuh
saya menjadi kaku. Jari sayapun mencolek pentilnya dan
memencet dengan lembut payudaranya. Saya melakukankan
dengan lembut, perlahan dan sedikit lama juga, sementara
Elvina sendiri masih tertidur pulas. Setelah puas, saya menjilat
dan mengulum pentilnya, terasa tawar.
Dasar otakku yang sudah gila, saya pun nekat menarik seluruh
dasternya perlahan kearah bawah sampai lepas, sehingga
Elvina kini hanya mengenakan celana dalam ( CD ) saja ! Saya
memandangi tubuh Elvina dengan penuh rasa kagum. Tiba-tiba
Elvina sedikit bergerak, saya kira ia terbangun, ternyata tidak,
mungkin sedang mimpi saja. Saya mengelus tubuh Elvina dari
atas hingga pusar/perut. Puas mengelus-elus, saya ingin
menikmati lebih dari itu ! Saya menarik perlahan-lahan CD
Elvina ke arah bawah hingga lepas. Kini Elvina telah telanjang
bulat ! Betapa indahnya tubuh Elvina ini , gadis kelas 1 SLTP
yang amat manis, imut dan cantik dengan buah dada yang kecil
dan ranum serta vaginanya yang belum ada bulunya
sehelaipun !
Lalu saya mengelus bibir vaginanya yang mulus dan lembek dan
sayapun menciumnya. Terasa bau yang khas dari vaginanya
itu ! Dengan kedua jari telunjuk saya, saya membuka bibir
vaginanya dengan perlahan-lahan , terlihat dalamnya
bewarna kemerah –merahan dengan daging di ......atasnya .
Saya menjulurkan lidah saya ke arah vaginanya dan menjilat-
jilat vaginanya itu. Saya deg-degan juga melakukan adegan itu.
Saya tahu tindakan saya bisa ketahuan olehnya tapi kejadian
ini sulit sekali untuk dilewatkan begitu saja ! Benar dugaan
saya !
Pada saat saya sedang asyiknya menjilat vaginanya, Elvina
terbangun ! Saya pun terkejut setengah mati ! Untung Elvina
tidak teriak tapi hanya menutup buah-dadanya dan vaginanya
dengan kedua tangannya. Mukanya kelihatan takut juga. Elvina
lalu berkata “ Siapa kamu, apa yang ingin kamu lakukan ?”.
Saya langsung berpikir keras untuk keluar dari kesulitan ini !
Lalu saya mengatakan kepada Elvina: “ Elvina, saya melakukan
ini karena Gunawan yang mengijinkannya !”, kataku yang
berbohong. Elvina kelihatan tidak percaya lalu berkata “ Tidak
mungkin, Gunawan kakakku !”. Pandai juga dia ! Tapi saya tidak
menyerah begitu saja. Saya mengatakan lagi “ Elvina, saya
tahu Gunawan kakakmu tapi dia punya hutang yang amat
besar pada saya, apakah kamu tega melihat kakakmu terlibat
hutang yang amat besar ? Apakah kamu tidak kasihan pada
Gunawan ?, kalau dia tidak melunasi hutangnya, dia bisa
dipenjara ” kataku sambil berbohong . Elvina terdiam sejenak.
Saya berusaha menenangkan Elvina sambil mengelus
rambutnya. Elvina tetap terdiam. Sayapun dengan lembut
menarik tangannya yang menutupi kedua buah dadanya. Dia
kelihatannya pasrah saja dan membiarkan tangannya ditarik
oleh saya. Terlihat lagi kedua buah dadanya yang indah dan
ranum itu ! Saya mencium pipinya dan berkata “Saya akan
selalu mencintaimu, percayalah !”. Saya merebahkan tubuhnya
dan menarik tangannya yang lain yang menutupi vaginanya.
Akhirnya dia menyerah dan pasrah saja terhadap saya. Saya
tersenyum dalam hati. Saya langsung buru-buru membuka
seluruh pakaian saya untuk segera menuntaskan “ tugas “ ini
( maklum saja, kalau terlalu lama, transaksi Gunawan dengan
Dedy selesai, sayapun bisa ketahuan, ujung-ujungnya saya
bisa saja terbunuh ! ).
Saya langsung mencium mulut Elvina dengan rakus. Elvina
kelihatannya belum pernah ciuman sebelumnya karena dia
masih kaku. Lalu saya mencium lehernya dan turun ke arah
buah dadanya. Saya menyedot kedua buah dadanya dengan
kencang dan rakus dan meremas-remas kedua buah dadanya
dengan sangat kuat, Elvina kelihatannya kesakitan juga
dengan remasan saya itu, Sayapun menarik-narik kedua
pentilnya dengan kuat ! “Sakit kak “ kata Elvina. Saya tidak lagi
mendengar rintihan Elvina. Saya mengulum dan menggigit pentil
Elvina lagi sambil tangan kanan saya meremas kuat pantat
Elvina. Setelah puas, saya membalikkan badan Elvina sehingga
Elvina tengkurap.
Saya jilat seluruh punggung Elvina sampai ke pantatnya. Saya
remas pantat Elvina kuat-kuat dan saya buka pantatnya
hingga terlihat anusnya yang bersih dan indah. Saya jilat anus
Elvina, terasa asin sedikit ! Dengan jari telunjuk saya, saya
tusuk-tusuk anusnya, Elvina kelihatan merintih atas tindakan
saya itu. Saya angkat pantat Elvina, saya remas bagian
vagina Elvina sambil ia nungging ( posisi saya di belakang
Elvina ). Elvina sudah seperti boneka mainan saya saja !.
Setelah puas , saya balikkan lagi tubuh Elvina sehingga ia
terlentang, saya naik ke atas kepala Elvina dan menyodorkan
penis saya ke mulut Elvina. “ Jilat dan kulum !” kataku. Elvina
ragu juga pada awalnya, tapi saya terus membujuknya dan
akhirnya ia menjilat juga.
Penis saya terasa enak dan geli juga dijilat olehnya, seperti
anak kecil yang menjilat permen lolipopnya. “Kulum !” kataku,
dia lalu mengulumnya. Saya dorong pantat saya sehingga penis
saya masuk lebih dalam lagi, kelihatannya dia seperti mau
muntah karena penis saya menyentuh kerongkongannya dan
mulutnya yang kecil kelihatan sulit menelan sebagian penis
saya sehingga ia sulit bernapas juga. Sambil ia mengulum penis
saya, tangan kanan saya meremas kuat-kuat payudaranya
yang kiri hingga terlihat bekas merah di payudaranya.
Saya langsung melepaskan kuluman itu dan menuju ke
vaginanya. Saya jilat vaginanya sepuas mungkin, lidah saya
menusuk vaginanya yang merah pink itu lebih dalam, Elvina
menggerak-gerakkan pantatnya kiri-kanan, atas-bawah,
entah karena kegelian atau mungking ia menikmatinya juga.
Sambil menjilat vaginanya, kedua tangan saya meremas-
remas pantatnya.
Akhirnya saya ingin menjebol vaginanya. Saya naik ke atas
tubuh Elvina, saya sodorkan penis saya ke arah vaginanya.
Elvina kelihatan ketakutan juga, “ Jangan kak, saya masih
perawan !”, Nah ini dia ! saya membujuk Elvina dengan rayuan-
rayuan manis. Elvina terdiam pasrah. Saya tusuk penis saya
yang besar itu yang panjangnya 18 cm dan diameter 6 cm ke
vaginanya yang kecil sempit tanpa bulu itu ! Sulit sekali
awalnya tapi saya tidak menyerah. Saya lebarkan kedua
kakinya hingga ia sangat mengangkang dan vaginanya sedikit
terbuka lagi, saya hentakkan dengan kuat pantat saya dan
akhirnya kepala penis saya yang besar itu berhasil menerobos
vaginanya !
Elvina mencakar tangan saya sambil berkata “ sakitttt !!!”
saya tidak peduli lagi dengan rintihan dan tangisan Elvina !
Sudah sepertiga penis saya yang masuk. Saya dorong-dorong
lagi penis saya ke dalam lobang vaginanya dan akhirnya
amblas semua ! Dan seperti permainan sex pada umumnya,
saya tarik-dorong, tarik-dorong, tarik-dorong, terus-
menerus ! Elvina memejamkan matanya sambil menggigit
bibirnya. Tangan saya tidak tinggal diam, saya remas kedua
buah dadanya dengan sangat kuat hingga ia kesakitan dan
saya tarik-tarik pentilnya yang kuning kecoklatan itu kuat-
kuat ! Saya memainkan irama cepat ketika penis saya
menghujam vaginanya.
Baru 5 menit saya merasakan cairan hangat membasahi penis
saya, pasti ia mencapai puncak kenikatannya. Setelah
bermain 15 menit lamanya, saya merasakan telah mencapai
puncak kenikmatan, saya tumpahkan air mani saya kedalam
vaginanya hingga tumpah ruah. Saya puas sekali ! Saya peluk
Elvina dan mencium bibir, kening dan lehernya. Saya tarik penis
saya dan saya melihat ada cairan darah di sprei kasurnya.
Habislah keperawanannya !.
Setelah itu saya lekas berpakaian karena takut ketahuan.
Saya ambil uang 300.000 rupiah dari saku saya dan saya
berikan ke Elvina , “ Elvina, ini untuk uang jajanmu, jangan bilang
ke siapa-siapa yah “, Elvina hanya terdiam saja sambil
menundukkan kepala dan menutupi kedua buah dadanya
dengan bantal. Saya langsung keluar kamar dan menunggu saja
di depan pintu masuk. Sekitar 10 menit kemudian Gunawan
dan Dedy turun sambil menggotong lukisan dan patung.
Ternyata mereka transaksinya bukan hanya lukisan dan
patung saja tapi termasuk beberapa barang antik lainnya.
Pantasan saja mereka lama ! ...Akhirnya saya dan Dedy
permisi ke Gunawan dan ke kedua satpam itu. Kami pergi
meninggalkan rumah itu. Dedy puas dengan transaksinya dan
saya puas telah merenggut keperawanan adik Gunawan. Ha
ha ha ha ha, hari yang indah dan takkan terlupakan !

Kumpulan foto cewek cantik, foto cewek bugil, gambar cewek ABG, cewek imut, cewek sekolah, dan foto cewek sexy  semua ada disini. Yang suka cerita panas, cerita seks, cerita mesum juga ada. Semua bacolan lengkap tersaji disini. bacolable.blogspot.com
Read more